Dalam sepekan ini, masyarakat Indonesia disuguhkan sebuah pemberitaan menarik baik melalui media cetak maupun elektronik yang membahas perihal Indonesia yang harus kembali berhadapan dengan Malaysia terkait perlakuan buruk yang diterima oleh ketiga petugas patroli Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) oleh kepolisian negeri jiran tersebut di Perairan Tanjung Berakit, Kepulauan Riau, sekitar 19.00 WIB pada Jumat malam lalu (13/8). Di samping itu, Indonesia dan Malaysia pun masih terlibat permasalahan 177 warga negara Indonesia (WNI) yang dikenakan ancaman pasal hukuman mati oleh Malaysia.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa menjelaskan bahwa pihaknya sedang mencari informasi dan akan menyelesaikannya sesuai dengan prosedur diplomasi yang berlaku. Mendengar hal tersebut, masyarakat menilai Menlu bekerja dengan lamban dan akhirnya memunculkan berbagai reaksi keras dan unjuk rasa. Mulai dari tuntutan permintaan maaf, aksi demo di berbagai daerah, pelemparan kotoran di kedubes Malaysia, pembakaran bendera serta ancaman keselamatan terhadap warga negara Malaysia yang berada di Indonesia. Berbanding terbalik dengan Menlu Malaysia Datuk Seri Anifah Aman yang memprotes cara aksi unjuk rasa di Indonesia dan mengatakan bahwa Malaysia telah sampai pada titik kesabaran, " kami tidak akan meminta maaf kepada Indonesia dan sebaliknya Indonesia tidak perlu meminta maaf kepada kami ", katanya saat memberi tanggapan atas aksi yang terjadi di Indonesia.
Dari wawancara yang terangkum, sebagian besar masyarakat membenarkan aksi unjuk rasa tersebut . Salah satunya Dony yang berprofesi sebagai pegawai swasata di suatu perusahaan di Jakarta saat diwawancara jelas terlihat emosional dan marah kepada apa yang dilakukan oleh Malaysia kepada Indonesia. " Malaysia itu terlalu arogan, sombong dan terlalu percaya diri, mereka sudah sering kali menginjak harga diri bangsa dan sering kali juga mengklaim budaya Indonesia menjadi milik mereka dan kerap kali menjajah tenaga kerja kita disana " jelasnya.
Di sisi lain, adanya anggapan bahwa lambannya sikap pemerintah lah yang menjadi pemicu aksi unjuk rasa sehingga membuat masyarakat harus turun tangan sendiri untuk menghadapi dan menyelesikan masalah tersebut. Jumal, warga di daerah Jakarta Barat diantaranya memberikan respon atas pemberitaan terkait isu. Menurutnya," untuk kesekian kalinya pemerintah Malaysia telah mengusik kedaulatan Indonesia, selain juga pemerintah Indonesia yang belum bisa tegas dalam bertindak " .
Versi masyarakat sendiri dalam penyelesaian masalah menginginkan agar pemerintah dapat bertindak sigap dan tegas dan bila perlu memberi pelajaran kepada Malaysia, penarikan masing-masing kedubes sampai masalah dapat diselesaikan, perundingan antar kedua pihak yang berseteru, dan jika mungkin tidak mungkin terjadinya pemutusan hubungan anatar kedua negara.
Hubungan dua saudara serumpun Indonesia-Malaysia memang telah lama mengalami pasang surut selama lima dasawarsa, yaitu mulai dari perebutan perbatasan wilayah antar dua negara, kekayaan alam, kebudayaan/kesenian yang sering diklaim, dan masalah tenaga kerja sejak tahun 1960an. Lalu apa yang akan terjadi ke depannya nanti bila masalah ini terus bergulir tanpa ada penyelesaian yang baik. Di Indonesia, masih banyak masyarakat yang berharap agar setiap masalah dapat diselesaikan dengan baik dan tetap terjaga hubungan yang harmonis.
Oleh Astrid Meiliani ( 915080057 )
Sumber Referensi : Koran Seputar Indonesia terbitan Rabu 25 Agustus 2010
Sumber Referensi : Koran Seputar Indonesia terbitan Rabu 25 Agustus 2010
Bukan kah,isu2 sperti kebudayan sudah selesai? soal TKI pula,ngak kalah jumlah TKI yang terlibat kasus kriminal,namun malaysia dan rakyatnya ngak juga bertindak membabi buta.
BalasHapussaya ambil contoh isu tarian pendet aja:
BalasHapusDiscovery Networks Asia-Pasifik yang bertanggungjawab mengendalikan saluran televisyen Discovery Channels udah memohon ‘maaf sebesar-besarnya’ bagi pihak syarikatnya kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik atas apa yang disifat...kannya sebagai ‘kekeliruan kreatif’.
Dalam suratnya kepada Jero Wacik bertarikh 28 Ogos lalu, Naib Presiden Kanan dan Pengurus Besar (Asia Tenggara) syarikat itu, Kevin Dickie, menjelaskan mengenai penggunaan unsur budaya Indonesia dalam klip promosi Enigmatic Malaysia.
Antara petikan isi kandungan surat itu: “Dengan ini kami sampaikan bahawa Discovery Network Asia-Pacific mengetahui wujudnya penggunaan gambar penari Bali dalam klip promosi selama 30 saat untuk program Enigmatic Malaysia. Klip promosi itu menampilkan grafik yang mewakili pelbagai episod dalam siri berkenaan.
“Namun, gambar penari Bali yang dimaksudkan berasal dari pihak ketiga.Untuk pengetahuan, promosi itu bukanlah sebahagian daripada kandungan yang dimaksudkan.
“Kami memohon maaf apabila klip promosi itu menyinggung pemerintah dan rakyat Indonesia, serta penonton (televisyen) kami.Dengan ini, kami ingin menyatakan bahawa klip itu sudah kami hentikan penayangannya di semua rangkaian kami.
“Izinkan kami untuk menjelaskan bahawa kesalahan ini cuma kekeliruan kreatif, sementara semua fakta dan maklumat yang terkandung dalam program berkaitan adalah benar semata-mata.”
Tambahan lagi:
BalasHapusSIRI dokumentari 'Enigmatic Malaysia' terbitan KRU Studios dan diberikan hak penyiarannya kepada Discovery Channel di 21 buah negara telah menimbul kontroversi di kalangan media Indonesia baru-baru ini.
Salah faham itu tercetus kerana 'promo' yang disunting oleh pihak Discovery Networks Asia-Pacific untuk mempromosikan siri dokumentari tersebut yang turut menonjolkan gambar tarian Pendet (dari Bali, Indonesia) dan telah disalahertikan sebagai iklan mempromosi industri pelancongan Malaysia diperingkat antarabangsa.
Gambar tarian Pendet ini telah diperolehi oleh Discovery daripada pihak ketiga dan bukannya dari pihak KRU Studios sendiri.
"Pihak kami telah memaparkan sejenis tarian Jawa (bukan tarian Pendet) didalam salah satu siri dokumentari tersebut yang berjudul “Batik”.
"Segmen ini menceritakan asal-usul Batik yang dikatakan berasal dari kalangan keluarga Diraja Jawa beratus-ratus tahun dahulu sebelum melalui proses evolusi dan berubah menjadi Batik yang beridentitikan Malaysia.
"Sebagai ilustrasi kreatif, segmen ini telah dilakonkan semula dan turut menyelitkan tarian tersebut. Walaubagaimanapun, visual yang dipaparkan didalam 'promo' terbitan Discovery itu bukan dari visual arkib kami.
"Malah skop penceritaan juga adalah terjurus kepada pembuatan Batik dan bukannya berkenaan sebarang tarian," kata Norman Abdul Halim selaku Ketua Pegawai Eksekutif Kumpulan KRU Studios.
Difahamkan, pihak Discovery telah menamatkan penyiaran 'promo' tersebut dan akan menggantikannya dengan 'promo' yang baru serta mengeluarkan gambar penari tarian Pendet yang telah mencetuskan kontroversi ini.
Pihak Discovery juga telah menggeluarkan kenyataan akhbar dan kekesalan mereka berkenaan isu ini.
Pihak KRU Studios juga telah membuat penjelasan berhubung perkara ini melalui satu temuramah siaran langsung di TV One, Indonesia pada 24 Ogos lalu bersama Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia, Bapak Jero Wacik dan kepada Duta Besar Republik Indonesia di Malaysia pada 25 Ogos.
KRU Studios berasa kesal kerana niat ikhlas mereka untuk menyatakan asal-usul Batik telah disalahertikan dan diekploitasikan menjadi isu sensitif didalam hubungan diplomatik di antara Malaysia dan Indonesia.
secara kesimpulanya,isu budaya seperti tarian pendet adalah suatu kesalahan teknikal,bukanlah malaysia itu benar2 mengklaim tarian itu sebagai budayanya.
BalasHapusLihat aja,di negara malaysia,apa adakah tarian pendet ini terangkat dan disanjung? apa adakah dalam lipatan sejarahnya ada tarian pendet sebagai bahagian dari seni tarian warisan budayanya?
Malah,kementerian penerangan,komunikasi dan kebudayaan malaysia juga tidak pernah mewartakan tarian itu sebagai tarian warisan malaysia.
makanya, jangan mudah menghukum sesuatu perkara tanya usul periksa.