Sabtu, 04 September 2010

Jelang Lebaran Harga Telur Kian Menurun

Umat Muslim di Indonesia kini tengah menghitung hari untuk merayakan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa. Hari Raya Idul Fitri yang semakin mendekat yakni jatuh pada tanggal 9 dan 10 September ini diwarnai oleh berbagai peristiwa. Mulai dari perbaikan jalan untuk para pemudik sampai harga bahan sembako seperti beras yang mulai menanjak naik.

Rakyat kini tengah menjerit, meronta-ronta dengan kenaikan harga beras yang mencekik mereka. Sungguh ironis bangsa kita, dengan hamparan sawah laksana permadani saja, belum mampu menyejahterakan rakyatnya.

Lain beras lain halnya pula telur ayam negeri yang hadir menghibur masyarakat di tengah-tengah kondisi harga sembako yang menjulang tinggi. Makanan yang kaya protein ini mengalami penurunan harga seiring dengan mendekatnya Lebaran. Sebuah hypermarket di daerah Tangerang menawarkan telur ayam negeri seharga Rp 12.290,-/kg. Harga ini relatif turun dibandingkan dengan harga saat awal bulan puasa yang sempat menduduki angka 15.000,-/kg.

Atonah (47) seorang ibu rumah tangga mengaku senang dengan harga telur yang tidak ikut mengalami kenaikan.  " Saya senang sekali, kan nurun. Jadi lebih murah. Kalau aku sih pengennya turun terus." ujar ibu yang menetap di daerah Tangerang ini. Dibandingkan harga beras dan cabai yang naik, penurunan harga telur ini memang dirasa membawa angin segar baginya. " Yah, kan beras sudah naik tinggi, telur kalau bisa turun saja, jangan semua sembako naik." tambahnya.

Jika ada Atonah yang gembira menyambut penurunan harga telur,Sri (40) justru lemas menghadapi kondisi tersebut. Sebagai seorang distributor telur ayam negeri di daerah Tangerang, ia mengaku penurunan harga ini tidak menimbulkan arus pembeli yang meningkat. " Semenjak bulan puasa harga telur turun terus, sekarang saya jual Rp 13.000,-/kg, tapi daya beli masyarakat lemah, jadi toko saya sedikit mengalami penurunan penjualan." ujarnya.

Berkembangnya pusat perbelanjaan diyakini Sri sebagai pemicu melemahnya daya beli penduduk di sekitar tempatnya berjualan.  Ia pun bercerita bahwa sudah 2 kali ia mengalami penurunan omset di setiap bulan suci Ramadhan. " Saya sih tidak ingin harga telur naik, turun juga tidak apa-apa asal toko saya rame, banyak yang beli. Tolonglah pemerintah memperhatikan para pedagang kecil ini." keluh Sri di sela-sela aktivitasnya siang itu.

Oleh : Lindayani (915080074)
 http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.preventionindonesia.com/files/article/photo/57936_egg%2520basket.jpg

1 komentar:

  1. wahh linda,mentang2 profesinya ttg telor,yg dipost ttg telor jg,.
    sippp sipp..
    kereennnn..^^

    BalasHapus