Matahari bersinar begitu terik menyinari jalanan Jakarta yang mulai penuh sesak oleh kendaraan. Berjalan lambat namun pasti, setiap kendaraan berusaha melaju kencang namun terhenti oleh fenomena biasa yang tak pernah usai, kemacetan.
Itulah kondisi Jakarta, Ibukota negeri kita, sejak dimulainya tanggal 20 September 2010. Usai Lebaran, tidak dipungkiri Jakarta akan kembali pada masalah lalu lintas yang akut yakni macet. Meski tak separah hari-hari biasa, namun jalan raya seperti Jalan Gatot Subroto, MH Thamrin,Jenderal Sudirman, Jalan Casablanca, dan Jalan Raya Fatmawati mulai padat dipenuhi oleh si roda empat dan teman-temannya. Aktifnya perkantoran dan sekolah menjadi alasan utama kemacetan. Liburan panjang pasca Lebaran yang telah usai membuat banyak penduduk Jakarta yang kembali ke kota metropolitan ini. Selain hal itu, kepadatan kendaraan disebabkan juga karena banyaknya pengunjung mall seperti Mall Ambasador yang berlokasi di Jalan Prof Dr Satrio atau pembangunan flyover di Kalibata.
Steffi (23) seorang karyawati menilai bahwa Jakarta harus banyak belajar dari negara tetangga seperti Singapura atau Thailand yang bisa mengatasi kemacetan. "Pemerintah harusnya naikin pajak mobil, tarif parkir atau bensin biar sedikit aja orang yang pake mobil" ucapnya. Namun ia beranggapan bahwa hal tersebut memang susah diterapkan di Indonesia mengingat kendaraan umum yang kurang terjamin keamanannya.
" Fasilitas angkutan umum susah terwujud, banyak yang korupsi kalau mau buat kereta api bawah tanah " sambungnya. Ia merasa cukup terganggu dengan kondisi Jakarta yang mulai mengalami kemacetan. " Kalau saya ke Jakarta terus macet yah merasa terganggu tapi karena kerjanya di Tangerang jadi gak terlalu berimbas." tambahnya.
Kemacetan Jakarta dinilai Teguh (24) sebagai suatu keadaan yang biasa. " Jakarta macet itu biasa, kalau gak macet baru luar biasa." ujar pria yang bekerja sebagai karyawan di Jakarta ini. Kantornya yang berlokasi di Jakarta membuatnya merasa terganggu dan lelah ketika harus berhadapan dengan kemacetan. Ia beranggapan bahwa semua orang harus lebih memanfaatkan kendaraan umum daripada kendaraan pribadi untuk mengurangi kepadatan kendaraan.
Setiap permasalahan mengandung jalan keluar untuk mengatasinya. Semoga suatu saat nanti Jakarta bisa terlihat sepi bukan karena berkurangnya penduduk melainkan oleh arus jalan raya Ibukota yang teratur dan lancar.
Oleh : Lindayani (915080074)
Sumber :
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/351764/
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://3.bp.blogspot.com/
Penulis masih perlu mempelajari EyD mengingat penggunaan tanda titik-dua (:) yang masih berspasi.
BalasHapusTertulis, "Setiap permasalahan mengandung jalan keluar untuk mengatasinya." Apakah ini berarti bahwa si masalah dapat menyelesaikan dirinya sendiri?
Tertulis, '" Jakarta macet itu biasa, kalau gak macet baru luar biasa." ujar pria yang bekerja sebagai karyawan di Jakarta ini.' Hayooo, yang sudah paham EyD, di mana kesalahan kalimat ini?
Tertulis, "Itulah kondisi Jakarta, Ibukota negeri kita, sejak dimulainya tanggal 20 September 2010." Apanya "yang dimulai"?
Tertulis, "' Fasilitas angkutan umum susah terwujud, banyak yang korupsi kalau mau buat kereta api bawah tanah ' sambungnya." Perlu belajar EyD; dan, apakah kesusah-terwujudan fasilitas itu lebih disebabkan oleh ketakutan akan dikorupnya anggaran untuk fasilitas itu?