dok.facebook |
Perjalanannya dalam dunia teater dimulai ketika Ia melihat Gedung Teater Luwes di kampusnya dan tergerak untuk bergabung dengan seni teater yang disebut-sebut orang sebagai puncak kesenian karena menggabungkan segala jenis kesenian dari seni rupa, seni tari, dan seni musik. Pengalaman pertamanya bermain pantomim berawal dari ajakan seorang teman untuk bermain pantomim dalam peluncuran film Ungu Violet.
Sedangkan dalam dunia menulis, diakui ide biasa datang dari perjalanan kehidupan sehari-hari, bahkan dari rumput-rumput liar yang tumbuh disela bebatuan. “Ide bisa datang dari mana saja, tetapi ide tidak akan datang kepada orang yang malas,” ungkapnya.
Awal kecintaannya pada menulis Ia akui berasal saat duduk di bangku SMP, kenakalannya di masa SMP membuat sang ayah kerap kali memukulinya. Hal ini memberikan tekanan pada kemampuan berbicaranya sehingga Ia sulit bicara atau gagap. Memiliki kemampuan terbatas pada bahasa lisan, Ia pun menumpahkan isi pikirannya lewat tulisan. Kini Ia aktif menulis dan menyutradarai teater Pangudi Luhur yang dinamai Pangudi Luhur School of Brave serta di beberapa sekolah lainnya. Ia juga menulis untuk Departemen Kesehatan mengenai Hari Kesehatan Nasional tanggal 30 November nanti.
Lalu, apakah kreativitas itu datang begitu saja? Tidak. “Kreatif itu kere tapi aktif,” jawabnya iseng. Bagi Gabriel, kreativitas merupakan suatu kontradiksi dari kelemahan seseorang. Misalnya semasa kecil Ia memiliki kelemahan dalam berbicara maka Ia tuangkan kreativitasnya melalui menulis, atau pendengaran seorang penderita tuna netra yang sangat tajam.
Pekerjaan demi pekerjaan yang Ia jalani pun bukan hanya membawa manfaat bagi dirinya sendiri, tetapi juga orang lain. Ia jadi mampu lebih menguasai dirinya dan lebih dewasa. Selain itu, Ia dapat menghibur orang lain dengan apa yang dilakukannya dan bahkan melakukan kritik-kritik sosial kepada lingkungan masyarakat baik melalui tulisan maupun aksinya dalam bermain teater.
Oleh: Chrestella 915080072
Tidak ada komentar:
Posting Komentar