Jumat, 01 Oktober 2010

Q! Film Festival Menuai Protes FPI

Jakarta, 1 Oktober 2010. Belum lama, berita Jakarta ramai diwarnai oleh pemberitaan mengenai kecaman kelompok agama Front Pembela Islam (FPI) terhadap sebuah festival film yakni Q! Film Festival (QFF), yang mengambil tema LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) untuk festivalnya tahun ini. Festival film ini dianggap buruk dan merusak moral bangsa Indonesia.

foto: dok. google
Pada dasarnya QFF ini dimulai pada tahun 2002 oleh beberapa wartawan lepas yang akhirnya menamakan diri mereka Q! Munity. Tema pertama QFF adalah HIV/AIDS. Sejak kemunculan pertamanya, QFF sudah menuai kecaman dari beberapa pihak terutama kelompok-kelompok Islam fanatik. Namun sebenarnya, QFF mencoba untuk membuka mata masyarakat agar peduli dengan kaum-kaum LGBT ini yang seringkali dikucilkan dalam lingkungan-lingkungan sosial.

Sandra, 20, sukarelawan QFF mengungkapkan bahwa para mahasiswa yang ikut berdemonstrasi menentang festival film ini tidak memiliki pikiran yang terbuka. QFF bukan hanya soal LGBT saja tetapi juga tentang cinta serta bagaimana melihat kehidupan dari sisi yang berbeda. Menurutnya menjadi homoseksual bukanlah suatu hal yang tabu atau dosa. Dosa atau tidak biar Tuhan yang menentukan, "FPI bukan Tuhan, jadi jangan  menghakimi," tuturnya.

Sedangkan salah seorang penonton, Christopher, 29, seorang warga negara asing mengatakan festival ini merupakan suatu kreasi yang bagus. Walaupun Indonesia tidak terlalu terbuka dengan isu homoseksual, namun festival film dibuat dengan matang dan disajikan dengan baik sekali. Tentang kecaman dari FPI, pria yang akrab disapa Chris ini mengatakan, "Hal ini merupakan satu langkah mundur bagi Indonesia. Saya membaca berita ini di website Guardian.co.uk, yang berarti dunia internasional pun tahu mengenai hal ini, dan aksi ini membuat refleksi yang buruk tentang Indonesia di mata internasional."

Sementara itu pihak QFF sendiri mengatakan melalui situs resminya bahwa festival film ini akan terus berlanjut dengan adanya perubahan jadwal pemutaran film seiring dengan adanya insiden penghentian paksa dari FPI beberapa waktu lalu. Aksi penentangan festival film ini merupakan tindakan yang kesekian kalinya oleh FPI dalam menggugat kebebasan berekspresi masyarakat. Festival film yang dipersiapkan secara apik dan menarik oleh tim Q! Munity pun bukan dihargai sebagai wujud sebuah seni malah ditentang keberadaannya. Hal ini mungkin dapat dijadikan bahan renungan bagi setiap orang bahwa keindahan sebuah karya seni tidak mengenal batas atau pun golongan tertentu.

oleh: Chrestella - 915080072

Tidak ada komentar:

Posting Komentar